Minggu, 15 Desember 2013

PESONA BATIK NUSANTARA

I. LATAR BELAKANG

       Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.

II.SEJARAH TEKNIK BATIK
        Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.
      Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7.Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik. G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detail ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini.
       Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal. Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik. Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya.
         Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.


III.MACAM-MACAM BATIK

1. Batik Pekalongan

       Batik Pekalongan adalah batik yang sangat terkenal dan kota Pekalongan sendiri dikenal sebagai kota batik yang mempunyai potensi besar dalam kegiatan pembatikan yang berkembang dengan pesat. Batik juga yang menjadi salah satu penopang perekonomian masyarakatnya. Ciri-ciri batik Pekalongan adalah memiliki warna dan corak khas yang telah menjadikannya begitu dikenal di nusantara. Bahkan hasil produksi batiknya telah diekspor ke berbagai Negara di dunia seperti Amerika, Australia, Jepang, Korea, Timur Tengah dan Negara lainnya. Batik Pekalongan merupakan batik pesisir sama halnya dengan batik Paoman dari Indramayu yang kaya akan warna dan biasanya bersifat naturalis. Batik Pekalongan juga banyak dipengaruhi oleh warga pendatang dari bangsa Cina dan Belanda pada zaman dahulu. Meskipun ciri-ciri batik Pekalongan motifnya mirip dengan batik Yogya atau batik Solo namun batik Pekalongan sangat bebas dan menarik karena dimodifikasi dengan banyak variasi warna yang atraktif. Kadang, banyak dijumpai juga batik Pekalongan yang memiliki hingga 7 warna dengan kombinasi yang dinamis.batik Jlamprang adalah salah satu motif batik Pekalongan yang populer dan telah diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Pekalongan.

2. Batik Solo

       Ragam motif batik asal Solo memang dipengaruhi dengan makna-makna simbolis yang berasal dari kebudayaan Hindu. Beberapa ciri khas batik Solo banyak ditemukan pada motif-motif seperti, sawat, meru, naga, burung, dan modang. Dari kesemuanya, secara umum corak batik Solo merupakan perpaduan dari bentuk-bentuk geometris yang berukuran kecil-kecil. Selain itu, ciri khas yang terdapat pada batik Solo adalah terletak dalam pewarnaannya. Misalnya saja, warna batik hitam, tidak sepenuhnya hitam, tetapi lebih cenderung kecokelatan. Hampir serupa dengan warna hitamnya, dalam pewarnaan putih pada batik, unsur cokelatnya masih tetap terlihat menonjol dan kuat. Motif batik Solo paling terkenal, diantaranya: truntum, sidoluhur, alas-alasan, dan sebagainya.

3. Batik Tasikmalaya

       Motif Batik Tasikmalaya cenderung sederhana, dan umumnya kuat pada pola geometris. Selain itu, batik Tasikmalaya juga kaya akan ragam hias flora dan fauna. Nuansa Parahyangan tergambar pada motif bunga anggrek dan burung, merak-ngibing, cala-culu, pisang bali, sapujagat, serta Awi Ngarambat. Motif-motif batik tasikmalaya antara lain: akar, antanan, balimbing, guci latar batu, lancah tasik, awi ngarambat, sente, rereng daun peutey papangkah, tsunami udey, merak, calaculu, gunung kawi, kadaka, lamban samping, lancah sawat ungu, rereng orlet, renfiel, rereng sintung, manuk rereng peutey selong, manuk latar sisik, merak latar haremis, merak ngibing, parang, sidomukti payung, sisit naga, taleus sukaraja, turih-wajit-limar. Bahkan, daun kangkung dan sarang laba-laba pun dimodifikasi menjadi motif yang indah di tangan para seniman batik Tasikmalaya. Simple, lucu, namun tak kalah artistik dari motif-motif batik lainnya. Warna batik Tasikmalaya sangat sedap dipandang mata. Ya, Warna-warna cerah dan ceria seperti merah, biru, hijau, oranye, ungu, coklat, serta warna latar kekuningan mendominasi kain-kain cantik itu. Sementara pada batik yang diprodu;ksi di Desa Sukapura, terdapat ciri khas warna yang agak berbeda, yaitu warna-warna tanah seperti merah, hitam, dan coklat.

 4. Batik Yogya

         Ada sekitar 400-an jenis batik Yogya. 350 di antaranya telah dipatenkan. Motif sebanyak itu membuktikan bahwa batik di Yogyakarta sangat potensial sebagai ikon budaya. Ada pun motif-motif batik Yogya yang klasik di antaranya adalah motif parang, motif geometri, motif banji, motif tumbuhan menjalar, motif tumbuhan air, motif bunga, motif satwa, dan lain-lain. Motif Batik Yogya tidak sembarang motif. Setiap motif yang tergores di atas batik sarat akan filosofi. Misalnya, Sido Asih bermakna si pemakai selalu diliputi kasih sayang dalam berumah tangga. Truntum berarti cinta yang bersemi. Ratu Ratih dan Semen Roma melambangkan kesetiaan seorang isteri. Dan masih banyak lagi. Warna Khas Batik Yogya Warna batik Yogya dominan warna alam dan cenderung gelap. Ada dua macam warna latar kain batik Yogyakarta, yaitu hitam dan putih (mori). Warna ragam hias pada batik Yogyakarta umumnya putih, biru tua kehitaman, dan coklat soga. Sementara itu, sered atau pinggiran kain diusahakan tidak kemasukan soga atau pewarna. Oleh sebab itu, pinggiran batik Yogyakarta berwarna kain latar.

5. Batik Cirebon

       Ada dua jenis batik Cirebon, yaitu batik Keraton atau klasik, yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan keraton Kanoman dan Kesepuhan. Serta batik Cirebon Pesisiran. Karakter orang-orang pelabuhan yang bersikap terbuka terhadap pengaruh asing turut mempengaruhi motif dan warna pada batik Cirebon Pesisiran. Ciri Batik klasik Cirebon yaitu warna dasar kain lebih muda daripada warna garis pada motif utamanya. Batik klasik Cirebon umumnya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam, dan berwarna dasar krem. Atau bisa juga berwarna biru tua, merah tua, dengan warna dasar kain putih gading atau krem. Sementara itu, ada jenis batik Cirebon Pesisiran yang memakai warna-warna yang lebih berani, terang, dan mencolok. Latar kain biasanya bersih dari noda warna yang tidak dikehendaki pada saat proses pewarnaan. Pada batik klasik, biasanya terdapat motif wadasan, atau batu cadas di bagian-bagian tertentu. Demikian juga dengan ragam hias berbentuk awan, turut menjadi bagian yang menjadi ciri khas pada batik Cirebon. Garis-garis pada motif umumnya menggunakan garis tunggal yang tipis. 0,5 milimeter saja, dan berwarna lebih tua dari warna kain latar. Macam motif klasik batik Cirebon diantaranya adalah Mega Mendung, Liman, Paksinaga, Banjar Balong, Singa Payung, Singa Barong, Patran Keris, dan Ayam Alas. Sementara jenis batik Pesisiran Cirebon antara lain motif Kapal Kompeni, Pekalis, Penari Cina, Semarangan, Burung Gelatik dan masih banyak lagi.

6. Batik Madura

       Dari segi warna, karakteristik warna Batik Madura cenderung memilih warna berani dan tegas, seperti warna Merah, Kuning, Biruh (Hijau dalam Bahasa Indonesia) serta warna Biru sendiri. Warna warna tersebut dihasilkan dari pewarna alam (Soga Alam) seperti Mengkudu dan Tingi untuk menghasilkan warna merah, Daun Tarum untuk warna biru, Kulit mundu ditambah tawas juga diambil untuk memberikan efek warna hijau pada kain batik Madura. Efek terang dan gelapnya pada kain Batik Madura dihasilkan melalui lamanya perendaman kain sendiri, bisa satu bulan, 3 bulan, bahkan ada yg sampai 1 tahun. Perendaman ini juga akan membuat warna kain batik lebih awet dari biasanya. Motif batik merupakan bagian kritikal dari proses pembuatan kain batik sendiri. Karena goresan canting dan gerak tangan pembatik juga melibatkan pikiran & hatinya, sehingga apa yang tergores pada kain batik menjadi motif yang akan cukup menarik minat pecinta batik. Ragam Motif Madura sangat banyak, diambil dari motif tumbuhan, binatang, serta motif kombinasi hasil kreasi pembatik sendiri. Kalo di Pamekasan sendiri motif batik seperti Sekarjagat, Keong Mas, Matahari, Daun Memba (daun mojo), Gorek Basi. Beberapa motif batik Pamekasan, yang sudah di patenkan di Depkumham, seperti Keraben sapeh, sakereh, Kempeng saladerih, padih kepa’, manik-manik. Ciri khas lainnya yg dimiliki dari Batik Madura adalah banyaknya tarikan garis pada satu desain Batik (diolah dari berbagai sumber)

7. Batik Tuban

       Tuban sebagai salah satu wilayah di bagian Timur dari pulau jawa, memiliki satu corak kebudayaan yang unik, mengapa? Karena dalam sejarah wilayah ini telah masuk 3 tata nilai kebudayaan yang saling mempengaruhi, dan sampai sekarang kebudayaan ini masih tetap eksis dan sama-sama berkembang, tanpa membuat salah satu kebudayaan ini tersingkir. Ketiga kebudayaan tersebut adalah
1. Jawa, yang meresap saat wilayah ini dalam kekuasaan jaman Majapahit (abad XII-XIV)
2. Islam, karena diwilayah ini hidup seorang ulama yang ternama yaitu Sunan Bonang (1465- 1525 M)
3. Tiongkok(cina), karena di Tubanlah para sisa lascar tentara kubalai khan melarikan diri dari kekalahannya pada saat menyerang Jawa di awal abad XII, hingga kini masyarakat keturunan ini banyak bermukim di Tuban.
        Proses interaksi ketiga kebudayaan ini berlangsung sekian lamanya hingga sekarang dan sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Tuban sampai kini. Motif Batik Tulis Tradisional Tuban, apabila di cermati, terlihat betapa motif-motif tersebut sangat dipengaruhi nilai-nilai budaya jawa, islam, dan tiongkok. Gambar-gambar burung pada motif batik tulis Tuban jelas terlihat pengaruh dari budaya tiongkok, karena gambar burung yang dimotifkan pada batik tulis tersebut Nampak adalah burung”Hong”yang jelas tidak terdapat di wilayah Tuban. Sedang pada motif bunga jelas terlihat adalah motif-motif tradisional yang sejak lama dibuat dihampir seluruh wilayah pulau Jawa. Sedangkan pengaruh islam pada motif batik tulis Tuban terlihat pada motif dengan nama yang religious seperti kijing miring. Dahulu batik tulis ini hanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional masyarakat Tuban seperti sedekah bumi, pernikahan, pemakaman. Pada perkembangan jaman, sekarang ini penggunaan batik tulis Tuban tidak hanya untuk upacara-upacara adat, namun telah meluas pada penggunaannya seperti ; taplak meja, sarung bantal, dekorasi, hiasan dinding, model baju modist baik untuk pria dan wanita. Dari hal-hal tersebut diatas jelaslah bahwa batik tulis tradisional Tuban yang memiliki ciri khas yang unik sangat perlu untuk dilestarikan keberadaannya apalagi potensi pengembangannya sangat prospektif.

 8. Batik Jombang

          Batik Jombang baru berkembang pada tahun 2000-an. Jombang adalah salah satu nama daerah Tingkat II (Kabupaten/sub province/DO) yang berada di Propinsi Jawa Timur, Pulau Jawa, Indonesia. Sejarah batik Jombang telah ditulis oleh Ibu Hajah Maniati, pemilik kedai batik “Sekar Jati Star”. Pada tanggal 17 Juni 2007, penulis berkunjung ke rumah beliau dan beliau menceritakan tentang sejarah dan proses batik Jombang. Beliau mengatakan bahawa batik merupakan salah satu bagian dari budaya yang dapat mencerminkan kepribadian bangsa, dimana batik sangat memerlukan ketrampilan, kepakaran, kreatifiti, keuletan, kesabaran dan wawasan yang luas serta apresiasi yang tinggi sehingga batik mempunyai nilai seni yang sangat tinggi dan berharga mahal. Pada awalnya motif batik Jombang menggunakan motif alam sekitar, yaitu dengan motif bunga melati, tebu, cengkeh, pohon jati dan lain sebagainya. Setiap motif yang diciptakan biasanya diberi nama, seperti cindenenan, peksi/burung hudroso, peksi manya dan turonggo seto (kuda putih). Kemudian Ibu Hj. Maniati bersama Ibu Bupati kabupaten Jombang (isteri Bupati/DO), bersepakat/setuju bahawa “Motif Batik Tulis Khas Jombang” diambil dari salah satu relief Candi Arimbi yang terletak di desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Candi Arimbi merupakan candi peninggalan kerajaan Majapahit. 

9. Batik Aceh

       Batik selama ini identik dengan Pulau Jawa, tetapi kenyataannya di NAD juga memiliki kerajinan tradisional yang satu ini. Yang berbeda dari batik Aceh ini tentu saja corak dan motifnya yang khas. Motif batik Aceh menggunakan unsur alam dan budaya dalam paduan warna yang berani yaitu merah, hijau, kuning, merah muda, dan sebagainya. Motif yang digunakan dalam batik Aceh mengandung makna falsafah hidup masyarakatnya. Motif pintu misalnya, menunjukkan ukuran tinggi pintu yang rendah yang melambangkan kepribadian orang Aceh. Rumah adat Aceh memang berpintu rendah, namun di dalamnya memiliki ruangan yang lapang hal ini. Ciri khas itu menandakan bahwa rakyat Aceh memiliki tabiat dan adat-istiadat yang tidak mudah terbuka dengan orang asing, tetapi akan menjadi sangat baik bahkan bagaikan saudara kandung bila sudah saling mengenal. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat. Motif itu mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan. Sedangkan motif bunga jeumpa-bunga kantil-diambil karena banyak terdapat di Aceh dan bentuknya sangat indah. Kuatnya pengaruh Islam juga turut mewarnai motif-motif batik. Di antaranya ragam hias berbentuk sulur, melingkar, dan garis.

10. Batik Banyumas

       RUMAH HADIPRIJANTO BATIK didirikan oleh Tuan Kwee Lie Go pada awal abad 20 sebelum kemerdekaan Indonesia. Perusahan ini diteruskan oleh Ny. Kwee Lie Go setelah Tn. Hadiprijanto wafat. Setelah itu, Tn. Hadiprijanto alias Kwee Hui Lui sebagai putra kedua memulai ekspansi dengan menciptakan berbagai motif baru dan memperluas pasar hingga Cirebon, Semarang, dan Pekalongan. Sebagai hasilnya, pada tahun 1970-an, Batik Banyumasan digunakan secara luas di sebagian besar pulau jawa, tidak hanya di sekitar Karsidenan Banyumas saja. Sejak tahun 1990, Tn. Slamet Hadiprijanto, putra bungsu Tn Hadiprijanto mulai mengelola perusahaan ini. Sebagai seniman yang cemerlang, Tn. Slamet banyak menghasilkan terobosan baru baik dalam motif maupun dalam prosesnya. Berbagai motif unik diaplikasikan dengan batik tulis sehingga menghasilkan kain yang sangat unik dan seringkali dipamerkan pada pagelaran batik di seantero Nusantara. Kombinasi bahan sutra atau sintetis pada batik memberikan warna unik selain batik tradisional yang menggunakan mori sebagai bahan dasarnya. Selain itu, penambahan sentuhan modern pada motif dan bahan dasar membuat penggunaan batik sekarang ini sangat luas. Selain sebagai bahan pembuat pakaian, batik digunakan sebagai bahan sarung bantal, sprei dan tirai.

11. Batik Banyuwangi

       Banyuwangi, kota yang terletak d ujung timur sebelum kota Bali. Setiap kota memiliki Batik khas tersendiri, begitu juga Banyuwangi. Salah satu motif yang sangat terkenal di Banyuwangi adalah Kangkung Setingkes. Kata Kangkung Setingkes sendiri bisa di artikan seperti’Seikat Kangkung’. Motif ini bergambar mirip dengan sayur Kangkung. Ada lagi motif yang lebih familiar, ‘Gajah Oling’. Untuk kata Gajah Oling, banyak sekali artinya, ada yang mengatakan itu adalah Oling yang sebesar Gajah, Oling itu adalah binatang yang mirip dengan belut sawa tapi memiliki daun telinga. Ada juga yang mengatakan kalau Gajah Oling itu adalah senjata khas kota Banyuwangi. Karena Batik Banyuwangi termasuk Batik Pesisiran, maka motif dan warna adalah sebuah kebebasan

12. Batik Indramayu

      Kain batik tulis satu ini sungguh mempesona. Warnanya hitam dan putih, tampak sederhana. Namun motifnya tampak begitu indah. Kayu Gorda nama motifnya. Sudah dipatenkan menjadi Batik Khas Indramayu. Kayu Gorda sendiri merupakan pohon besar yang ada di hutan, yang tumbuh subur dan berfungsi untuk melindungi binatang-binatang. Kayunya dipakai untuk bahan bangunan. 

13. Batik Lasem

      Banyak orang mengenal kota Rembang sebagai kota kelahiran pahlawan wanita Indonesia yang sungguh fenomenal, RA. Kartini. Sekitar 12 Km di timur kota Rembang, terdapat sebuah kota yang terkenal sebagai penghasil batik, yaitu Lasem. Pengaruh budaya Tionghoa terlihat jelas pada motif burung Hong, banji, bunga seruni, dan liong. Motif-motif itu dicipta oleh Na Li Ni dan menjadi ciri yang sangat khas dan unik dari batik Lasem hingga saat ini. Kisah percintaan Sam Pek Eng Tay, alias legenda klasik dari Negeri Cina, juga pernah menjadi motif yang cukup populer pada batik Lasem. Selain motif-motif tersebut, terdapat beberapa nama motif batik Lasem yang terkenal, seperti motif Watu Pecah, Naga Kricak, Ceplok Piring, Sekar Jagat, Kawung Lerek Sekar paksi, serta Terang Bulan. Batik Lasem juga mendapat pengaruh dari motif batik Solo dan Yogyakarta. Ornamen kawung dan parang kerap ditemui dalam batik Lasem

14. Batik Malang

         Bukan hanya Solo, Pekalongan, Jogyakarta dan Madura saja yang memiliki corak motif batik tersendiri. Kota Malang pernah memperkenalkan batik khas Malangan pada 1 April 2008 lalu, oleh tim penggerak PKK Kota Malang. Untuk mendapatkan motif batik Malangan yang sesuai dengan identitas Malang, PKK terlebih dahulu harus menggelar lomba motif batik Malang satu tahun sebelumnya. Hasilnya, ada lima besar hasil karya para peserta yang diramu menjadi batik khas Malangan. Dari motif di tiga komponen batik Malangan, tim penggali merangkum visi Kota Malang atau yang populer disebut Tri-Bina Cita: pendidikan, pariwisata, dan industri. Saat ini batik Malangan baru mempunyai satu warna yaitu warna tanah (cokelat dan hitam). Coraknya didominasi kotak-kotak cerminan batu candi, bunga, dan Tugu Kota Malang. Selama ini, batik Malangan masih mencari identitasnya. Banyak corak dan motif yang dapat digali untuk melambangkan Malang, mulai dari burung, bunga, tugu, relief candi, buah dan lainnya. Semuanya itu harus memiliki runtutan sejarah yang terkait dengan Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar