Senin, 08 Juli 2013

Love Is Not Fair

Genre  : Romance, Little Comedy, and Sad
Cast      :
Caitlin Victoria Beadles
Justin Drew Bieber
Selena Marie Gomez
Weronika Mamot
Ariana Grande
Chaz Somers
Ryan Buttler
Christian Beadles

“Senior High School of Canada”, terpampang jelas nama itu di depan gerbang sekolah. Sekolah yang terkenal elite dan kepandaian seorang muridnya.
Caitlin, murid baru merasa takjub dengan bangunan sekolah yang luas nan indah itu. Ia melangkahkan kakinya keruang kepala sekolah bersama daddynya. Betapa senangnya dia, bisa belajar di sekolah impiannya. Ya meskipun ia akan bersekolah di SHS of Canada kurang lebih 1 tahun saja.
Setelah urusan daddy dan kepala sekolah itu selesai, kepala sekolah itu pun mengantarkan Caitlin ke kelas barunya.
“Semoga kau betah ya, sekolah disini. Kalau ada masalah, bilang saja ke saya” kata sang kepala sekolah saat diperjalanan menuju kelas yang akan ditempati Caitlin.
“Oh iya Mrs. Terima kasih..” sahut Caitlin.
“Ini kelas kamu, silahkan masuk” ucap Mrs Jane, sang kepala sekolah mempersilahkan Caitlin masuk ke kelas barunya.
“Morning Mrs..” sapa Caitlin kepada guru yang sedang mengajar di kelas.
“Morning, kamu murid baru ya? Silahkan perkenalkan dirimu..” ucap sang guru dengan ramah.
“Hai semua, namaku Caitlin Victoria Beadles. Kalian bisa memanggilku Caitlin atau Caity” kata Caitlin memperkenalkan diri.
“Iya Caitlin…”ucap mereka serempak kecuali laki-laki yang duduk di bangku urutan kedua dari depan itu.
“Oke, kamu bisa duduk disebelah Ariana” kata guru itu memberi tahu.
Terima kasih..” ucap Caitlin lalu berjalan menuju bangkunya yang tepat di samping laki-laki pendiam tadi. Caitlin merasa risih, karena laki-laki itu menatapnya tanpa arti. Tapi Caitlin tak memperdulikannya.
“Hai,,” sapa Ariana.
“Hai juga…” sahut Caitlin.
“Aku Ariana Grande..” ucap Ariana sambil mengulurkan tangannya pada Caitlin.
“Aku Caitlin Beadles..” jawab Caitlin sambil membalas uluran tangan Ariana.

Padahal baru mengenal, namun nampaknya mereka sudah akrab. Ditambah lagi dengan adanya Weronika. Mulai saat itu, mereka bersahabat. Saat bel istirahat berbunyi, mereka bertiga menuju kantin sekolah. Caitlin melihat seorang laki-laki pendiam tadi bersama kedua temannya.
“Mereka siapa sih?” pertanyaan itu muncul dari mulut Caitlin.
“Yang mana? Mereka bertiga? Ucap Weronika sambil menunjuk ketiga laki-laki itu. Catlin pun mengangguk.
“Yang samping kanan itu namanya Chaz, yang tengah namanya Justin, dan yang samping kiri namanya Ryan.” Jelas Weronika.
“Justin itu pendiam orangnya, tapi kalau ada mereka berdua, Justin jadi konyol dan jahil.” Tambah Ariana disela-sela makannya.

Skip>>>>>>>>>
5 bulan kemudian
Well, let me tell you a story
About a girl and a boy
He fell in love with his best friend
When she's around, he feels nothing but joy
But she was already broken, and it made her blind
But she could never believe that love would ever treat her right
*Caitlin POV*
Ternyata Justin lucu orangnya. Well, dia tak seburuk yang kukira. Memang awalnya ia agak terlihat misterius. Tapi lama-lama sikapnya konyol dan jahil. Aku baru sadar, ternyata ia tmpan juga.
“Cait, ke kantin yuk..” ucap Justin tiba-tiba, membuyarkan lamunanku.
“Eehh, nga..ngapain?” ucapku terbata-bata.
“Kamu udah makan belum?” Tanya Justin perhatian.
“Belum… hehehehe..” jawabku cengengesan.
Justin pun langsung menarik tanganku menuju kantin. Sepanjang perjalanan menuju kantin, ia masih tetap menggenggam tanganku.
At Kantin
“Kamu mau pesan apa sayang?” Tanya Justin santai.
“Hahh, apa yang kau bilang?” ucapku.
“Sayang…. Memang kenapa? Tak boleh?” kata Justin enteng.
“Memang kau siapaku? Panggil sayang lagi…” ucapku penasaran.
“Terserah gue dong..” kata Justin dengan logat alaynya.
“Aisshhh..” ucapku kesal, lalu menjitak kepalanya.
“Ihh, galak bener. Aku cium lhoo..” canda Justin.
“Huaa, aku bilangin mommy lho, kalau kau berani-berani nyium aku..” sahutku kesal.
“Sudah ah, pesan makanan dulu. Jangan marah gitu dong..” kata Justin

*Author POV*
Setelah selesai makan, mereka berdua menuju kelasnya. Setelah selesai pelajaran, bel sekolah berbunyi menandakan jam sekolah telah usai. Murid-murid pun berhamburan keluar sekolah dengan riang gembira.
Terlihat Caitlin, Ariana, dan Weronika menyusuri koridor sekolah menuju pintu gerbang sekolah. Tiba-tiba dari belakang, Justin mengambil ponsel Caitlin yang sedari tadi dipegang oleh Caitlin. ”Sssstt”
“Aahhh, Justin kembalikan handphoneku..” Teriak Caitlin. Justin pun berlari. Sontak Caitlin pun mengejarnya.
Setelah capek berlari, Justin dan Caitlin pun berhenti. Caitlin berusaha meraih handphonenya dari tangan Justin, tapi usaha Caitlin sia-sia.
“Cieee, mesra banget sih. Lagi pedekate nih..” teriak Ariana, Weronika, Chaz, dan Ryan dari kejauhan. Tapi Caitlin dan Justin tak menghiraukannya.
“Justin, sudah dong. Aku capek. Kembalikan handphoneku ya.. Ku mohon..” kata Caitlin memelas.
“Hmmmm,, Gimana ya?” kata Justin sambil berpikir.
“Balikin dong, aku mau pulang!” ucap Caitlin memohon.
“Iya sudah. Ini handphonemu…” Justin pun akhirnya mengalah.

Sesampainya dirumah, Caitlin pun segera mandi. “Toookk tokk” bunyi pintu kamar Caitlin.
“Iya siapa?” kata Caitlin dari dalam sambil mengeringkan rambutnya.
“Ini aku kak, adikmu yang paling tampan..hihihi” ucap Chris cekikikan. Chris adalah adik Caitlin. Nama lengkapnya Christian Jacob Beadles.
“Aisshhh, tampan darimana… Gak nyadar kalau jelek…” sindir Caitlin.
“Kau bilang apa tadi kak??... Mommy, kak Caitlin bilang kalau aku jelek…Huaaa” teriak Chris
“Aduhh Chris…” kata Caitlin sambil membuka pintu kamarnya dan menarik Chris masuk ke dalam.
“Kenapa kau suka sekali mengaduh?” keluh Caitlin.
“Biarin… weeekkk” sahut Chris sambil menjulurkan lidahnya.
“Terserah kau. Ngomong-ngomong ada mau apa kamu senyum-senyum seperti itu?” Tanya Caitlin penasaran karena melihat Chris tersenyum tanpa arti.
“Kerjain tugas sekolahku dong kak…” ucap Chris sambil menunjukkan tampang puppy facenya.
“Aku tak mau” jawab Caitlin.
“Aaahh, pelit” ucap Chris.
“Biarin..” jawab Caitlin.
Skip>>>>>>>>
Matahari pun mulai memancarkan sinarnya. Caitlin pun terbangun dari tidur nyenyaknya. Setelah mandi dan bersiap-siap untuk sekolah, ia turun dari kamarnya yang berada dilantai atas untuk menyempatkan sarapan terlebih dahulu.
“Morning mom, dad, Chris” sapa Caitlin. Mom dan dad Caitlin tersenyum kecuali Chris yang masih kesal dengan Caitlin.
“Bagaimana sekolahnya? Tanya daddynya Caitlin
“Lancar kok dad..” jawab Caitlin.
“Teman-temannya gimana?” sahut mommynya.
“Menyenangkan, mereka baik denganku..” ucap Caitlin sambil tersenyum.
Setelah selesai sarapan, ia berangkat sekolah bersama daddy dan adiknya. Saat sampai di deigerbang sekolah, Justin menunggu Caitlin.
“Hai, selamat pagi cantik..” sapa Justin. Justin pun merangkul pundak Caitlin. Sontak Caitlin mencoba melepaskannya. Tapi Justin tak mau melepaskan.
Mulai saat itu, setiap hari Caitin terus memikirkan sikap-sikap romantis Justin saat ini. Caitlin tak sadar kalau ia mulai mencintai Justin. Terkadang Caitlin pun berpikir “Kenapa aku selalu memikirkan Justin? Apa aku mencintainya?” tapi dengan cepat ia berusaha menghilangkan pikiran itu, karena Caitlin tak mau cintanya bertepuk sebelah tangan.
Skip>>>>>>>
Dua bulan kemudian
*Caitlin POV*
There's nothing like us,
There's nothing like you and me
 Together through the storm.

 “Aku tak tahu, akhir-akhir ini Justin menjauh dariku. Ia tak seperti dulu. Aku baru sadar, ternyata aku mencintainya. Oh Tuhan, kenapa aku terlambat menyadarinya. Ia kini sudah menjauh. Aku tak bisa lagi berada disampingnya. Aku merasa kehilangannya.
Tepat 1 Maret, Justin ulang tahun. Semua temannya termasuk anak baru itu memberikan surprise ke Justin. Anak baru itu bernama Selena Gomez. Betapa beruntungnya dia, bisa seakrab itu dengan Justin.
Tuhan, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Saat ulang tahunnya, aku tak ikut memberikan dia surprise karena aku tahu dia tak membutuhkanku lagi. Ini sakit Tuhan. Kenapa dia menjauh? Apa salahku?? Apa lebih baik aku belajar melupakan dan membuang rasa cinta ini? Itu tidak mudah, Tuhan…” tulis Caitlin di buku diarynya.
*Author POV*
Caitlin merasa Justin menjauhinya. Caitlin tak mengerti penyebabnya. Saat bertemu Justin pun ia tak berani menatapnya. Caitlin takut kecewa.
Tiba-tiba saat Caitlin berada di taman sekolah, Justin duduk disamping Caitlin.
“Apa kau mencintaiku?” Tanya Justin pada Caitlin dengan pandangan lurus ke depan.
“Memang kenapa, apakah itu penting buatmu? Jawab Caitlin tegang.
“Sudahlah, kau jujur saja..” paksa Justin
“Kalau suka kenapa, kalau gak suka kenapa? Ucap Caitlin.
“Jika kamu menyayangiku, ku juga akan menyayangimu” jelas Justin
“Oke, jujur aku memang menyayangimu. Tapi percuma, kamu sekarang menjauh dariku. Jadi apa gunanya aku menyayangimu. Mungkin lebih baik kita berteman seperti biasa. Aku tak mau kau menjauhiku.” Ucap Caitlin panjang lebar.
Setelah kejadian itu, Justin memang mencoba mendekati Caitlin lagi. Caitlin merasa Justin tak seperti dulu lagi.
*Caitlin POV*
Setelah kejadian itu memang ia mendekatiku lagi. Tapi tak lama kemudian, dia menjauh lagi. Aku mendengar, Justin memiliki hubungan special dengan Selena. Aku juga sering melihat mereka bercanda tawa, makan berdua di kantin, dan lain-lain. Hatiku sakit, Tuhan.. melihat mereka berdua.
5 hari kemudian
Ujian untuk kelulusan telah usai. Senang sekali, akhirnya libur sekolah juga. Dan akhirnya aku tak melihat Justin dan Selena lagi. Tapi bagaimana dengan acara Prom Night sabtu depan? Apakah aku harus datang?. Aaah mungkin tidak. Aku tak mau membayangkan jika melihat mereka berdua berdansa dan melihat Justin mengungkapkan perasaan cintanya kepada Selena.
Aku tak mau membiarkan hati ini luka terlalu dalam. Lebih baik aku ikut berlibur bersama keluargaku. Liburan yang mampu membuatku melupakan sosok Justin dihatiku. Semoga aku bisa melupakannya. Karena aku tahu, takdir tak mengizinkanku bersamanya.
“Terima kasih untuk selama ini, Justin. Aku janji, akan belajar untuk melupakan dan menghapus cintaku kepadamu. Aku berharap Tuhan tak mempertemukan kita suatu saat nanti. Daripada jika bertemu denganmu aku merasa sakit lagi” ucapku sambil melihat fotoku dan justin dulu. Segera foto itupun kubuang ke tempat sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar